Suasana sore di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, berubah menjadi kepanikan besar pada Senin (29/9/2025). Ketika para santri tengah khusyuk menunaikan salat Asar berjamaah, bangunan musala yang menjadi pusat ibadah mendadak runtuh. Suara dentuman keras disertai teriakan membuat seluruh area pesantren panik.
Tim penyelamat yang segera dikerahkan menemukan situasi memilukan. Puluhan santri tertimbun di bawah reruntuhan beton dan kayu. Upaya evakuasi berlangsung hingga malam, melibatkan tim SAR gabungan, relawan, serta warga sekitar. Sejumlah korban berhasil ditarik keluar hidup-hidup, namun ada pula yang ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Hingga Selasa pagi, tercatat tiga santri meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka serius.
BNPB menyebut penyebab utama kejadian ini adalah kegagalan konstruksi. Pondasi musala yang tidak dirancang untuk menahan beban tambahan dari proses pengecoran lantai di atasnya akhirnya tidak mampu menopang bangunan. Faktor teknis inilah yang memicu keruntuhan mendadak saat kegiatan ibadah tengah berlangsung.
Sementara itu, data dari Reuters menyebutkan ada sekitar 102 orang yang berhasil dievakuasi, namun lebih dari 30 santri masih dinyatakan hilang dan diduga terjebak di balik reruntuhan. Kondisi ini membuat operasi penyelamatan semakin genting. Oksigen bahkan dialirkan melalui celah-celah puing untuk memastikan kemungkinan korban yang masih hidup bisa bertahan sampai proses evakuasi berhasil.
Tragedi ini menimbulkan duka mendalam, tidak hanya bagi keluarga korban, tetapi juga masyarakat luas. Pondok pesantren yang biasanya menjadi tempat menimba ilmu agama kini berubah menjadi lokasi bencana yang menyisakan trauma. Pemerintah daerah bersama otoritas terkait berjanji melakukan investigasi menyeluruh agar peristiwa serupa tidak terulang di kemudian hari.

