Ribuan orang dari berbagai penjuru dunia turun ke jalan pada Jumat, 3 Oktober 2025, memprotes keras tindakan Israel yang menghentikan kapal bantuan kemanusiaan menuju Gaza. Aksi solidaritas ini tidak hanya menjadi cerminan dukungan terhadap rakyat Palestina, tetapi juga simbol perlawanan terhadap praktik yang dianggap menyalahi prinsip kemanusiaan internasional.
Demonstrasi terbesar tercatat di sejumlah kota besar seperti London, Paris, Istanbul, New York, hingga Jakarta. Massa membawa poster bertuliskan pesan-pesan kemanusiaan, bendera Palestina, dan menyerukan agar jalur bantuan ke Gaza segera dibuka. Di Istanbul, aksi massa bahkan berlangsung hingga malam hari dengan pengawalan ketat aparat keamanan, sementara di Eropa, sejumlah tokoh politik lokal ikut turun bersama warga.
Menurut penyelenggara aksi, penghentian kapal bantuan tidak bisa dibenarkan, mengingat isi konvoi tersebut adalah kebutuhan mendesak berupa obat-obatan, makanan pokok, serta perlengkapan medis yang ditujukan untuk warga Gaza, terutama anak-anak dan perempuan. Organisasi kemanusiaan yang terlibat juga menyebut, hambatan semacam ini berisiko memperburuk kondisi kemanusiaan di Gaza yang sejak lama mengalami krisis akibat blokade.
Gelombang protes ini juga mendapat sorotan media internasional, yang menilai Israel semakin kehilangan simpati global. Beberapa negara bahkan mendesak PBB dan lembaga internasional lain untuk segera mengambil langkah tegas agar jalur distribusi bantuan dapat dijamin keamanannya.
Di Indonesia, solidaritas untuk Palestina kembali menggema. Sejumlah ormas, mahasiswa, hingga komunitas lintas agama bergabung dalam aksi damai di Jakarta. Mereka menegaskan, bantuan kemanusiaan tidak boleh dijadikan senjata politik, melainkan harus menjadi hak setiap manusia yang tengah berjuang untuk bertahan hidup.
Meski Israel berdalih alasan keamanan, protes yang meluas menunjukkan semakin banyak masyarakat dunia yang tidak menerima tindakan tersebut. Banyak pihak memperingatkan, jika jalur kemanusiaan terus dibatasi, eskalasi konflik dan tekanan diplomatik terhadap Israel bisa semakin besar.

