Jakarta, 2 September 2025 – Rencana aksi mahasiswa bertajuk Indonesia C(emas) Jilid II yang sedianya digelar Selasa (2/9) mendadak batal. Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Kerakyatan, sebagai penggagas utama, menyampaikan bahwa kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk menggelar aksi secara aman.
Alasan Resmi: “Situasi Belum Kondusif”
Koordinator BEM SI Kerakyatan menyatakan bahwa keputusan ini diambil demi keselamatan massa aksi. Menurutnya, dinamika di lapangan belakangan menunjukkan potensi bentrokan yang tinggi. “Kami tidak ingin ada korban jiwa hanya karena kegigihan memperjuangkan aspirasi. Situasi terakhir tidak kondusif,” ujarnya dalam keterangan pers.
Namun, penjelasan singkat tersebut justru menimbulkan tanda tanya. Pasalnya, selama sepekan terakhir, mahasiswa di berbagai daerah sudah bersiap melakukan aksi lanjutan setelah demonstrasi sebelumnya mendapat sorotan publik.
Latar Belakang Aksi Jilid II
Aksi Indonesia C(emas) pertama digelar Agustus lalu dengan mengangkat isu kenaikan harga kebutuhan pokok, krisis lapangan kerja, serta kebijakan pemerintah yang dinilai semakin memberatkan rakyat. Gerakan tersebut menuai simpati, meski juga diwarnai bentrokan antara mahasiswa dan aparat di beberapa kota, termasuk Bandung dan Yogyakarta.
BEM SI kemudian mengumumkan aksi susulan atau “jilid II” yang rencananya dilakukan serentak di sejumlah titik strategis Jakarta. Isu yang diangkat bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga krisis kepercayaan terhadap pemerintah.
Reaksi Publik: Antara Kecewa dan Lega
Keputusan mendadak untuk membatalkan aksi menimbulkan reaksi beragam. Sebagian mahasiswa mengaku kecewa karena merasa momentum penting telah hilang. “Kami sudah siap sejak jauh-jauh hari. Ini momen yang seharusnya bisa jadi tekanan besar ke pemerintah,” kata salah satu mahasiswa dari Bandung.
Di sisi lain, ada juga suara yang mendukung keputusan BEM SI. Mereka menilai langkah tersebut bijak untuk menghindari kerusuhan yang lebih parah, apalagi setelah insiden gas air mata di sekitar kampus Unisba–Unpas tadi malam masih menyisakan trauma.
Aparat dan Pemerintah Turut Angkat Bicara
Pihak kepolisian menyambut positif keputusan mahasiswa untuk tidak turun ke jalan. “Keamanan dan ketertiban masyarakat menjadi prioritas. Kami siap mengawal penyampaian aspirasi, tapi lebih baik jika disampaikan lewat jalur yang aman,” ujar seorang pejabat Polda Metro Jaya.
Sementara itu, beberapa pengamat politik menilai pembatalan ini bisa jadi strategi mahasiswa untuk mengatur ulang pergerakan. Menurut mereka, keputusan mundur sesaat tidak menutup kemungkinan akan muncul gelombang yang lebih besar di kemudian hari.
Gerakan Mahasiswa Belum Reda
Meski aksi nasional resmi dibatalkan, sejumlah kelompok mahasiswa independen di beberapa daerah mengaku tetap berencana melakukan aksi dalam skala kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semangat perlawanan belum padam.
“Batalnya aksi bukan berarti matinya gerakan. Kami masih punya cara lain untuk bersuara,” tegas seorang mahasiswa dari Yogyakarta.
Menunggu Langkah Selanjutnya
Situasi ini membuat publik menantikan arah baru gerakan mahasiswa. Apakah BEM SI akan benar-benar menghentikan pergerakan atau justru tengah menyiapkan strategi yang lebih besar, masih menjadi tanda tanya.
>Yang jelas, pembatalan aksi hari ini menjadi bukti bahwa dinamika politik jalanan di Indonesia tetap hidup dan bisa berubah sewaktu-waktu. Dalam kondisi ekonomi dan sosial yang serba tidak menentu, mahasiswa diperkirakan akan tetap menjadi salah satu aktor utama dalam menyuarakan keresahan rakyat.

